Cerita Hantu Kromoleo
Selasa, 14 Juli 2020


Pernah mendengar kisah hantu keranda atau Kromoleo? Ini adalah jenis hantu yang ketika menampakkan diri tak pernah sendirian. Hantu keranda atau rombongan pengantar jenazah pasti populer khususnya didesa-desa. Banyak yang pernah mengalami atau melihat langsung penampakan keranda berjalan atau bahkan lengkap bersama para pengiringnya. Konon wilayah atau kampung yang dilewati lelembut jenis ini akan mengalami sripah atau kematian pada salah satu warganya. 

Kromoleo dikenal juga sebagai hantu rombongan pengantar jenazah. Hantu ini begitu terkenal di desa-desa seperti di kawasan sekitar kaki Gunung Merapi. Banyak orang yang pernah mengalami atau bahkan melihat langsung penampakan keranda berjalan lengkap bersama para pengiringnya. Hantu keranda atau rombongan pengantar jenazah pasti populer khususnya didesa-desa. Banyak yang pernah mengalami atau melihat langsung penampakan keranda berjalan atau bahkan lengkap bersama para pengiringnya. Konon wilayah atau kampung yang dilewati lelembut jenis ini akan mengalami sripah atau kematian pada salah satu warganya.

Dilansir dari liputan6.com, ada salah satu saksi mata yang menyaksikan penampakan hantu ini. Salah satu warga yang tinggal di kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang, Puji Sri Rahayu, bercerita bahwa dalam kepercayaan di kampungnya, bahwa wilayah yang dilewati hantu atau lelembut jenis ini akan mengalami sripah atau kematian pada salah satu warganya. Saat dia hendak ke magelang dengan menaiki motor, di sebuah jembatan dia melihat ada beberapa orang yang sedang membawa keranda. Keesokan harinya, ada angkudes yang terjungkal di jembatan itu. Bisa dikatakan apa yg dilihat oleh Puji saat itu adalah sebuah penanda.

Berdasar pembicaraan Puji, hantu kromoleo adalah hantu pemberi tanda kematian. Berarti tiap daerah yang dilalui oleh hantu ini akan mengalami siprah atau kematian dari salah satunya masyarakatnya. Tidak hanya pernah lihat sendiri hantu kromoleo, Puji dengar narasi kengerian yang sama dari hantu tipe ini dari pakdenya. Saat itu di kampung ada berita menyedihkan. Salah satu warga meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas di Jakarta dan langsung dibawa pulang ke kampung halaman ke desa. Saat jenazah sampai, yaitu pada sore hari, situasi di desa menjadi menakutkan karena ntuk sementara diinapkan dan baru keesokan harinya dimakamkan. 

Usai pemakaman, desa semakin sepi. Pakde dari Puji baru pulang dari rumah saudaranya serta harus melalui depan rumah warga yang meninggal untuk sampai ke rumahnya, dan sendirian dalam keheningan malam. Tapi setelah melewati rumah duka, ia mendengar suara orang di belakangnya dan jumlahnya sangat banyak, padahal sebelumnya sepi. Suaranya mendengung, tak jelas apa yang dilafalkan. Beberapa orang itu kelihatan tengah menggotong keranda mayat. Anehnya, saat beberapa orang itu makin mendekat, pakde mendadak tidak dapat menggerakan tubuhnya. Suaranya dari beberapa orang itu makin jelas seperti mengatakan, “Moleo… Moleo… Kromoleo."

Meski hanya menceritakan pengalaman pakdenya, ucapan seperti mantera itu terdengar sangat menyeramkan. Di dalamnya terlihat mayat yang dibungkus kain putih dan bau bangkai yang benar-benar menusuk juga datang dari mayat itu, beberapa pengiring jenazah kelihatan kenakan jubah hitam dengan muka pucat dan tatapan mata yang kosong. Pakde kemudian berusaha meneruskan perjalanan pulang dengan dikuasi rasa takut.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Wabah Semasa Shakespeare

Shakespeare menjalani seluruh hidupnya dalam bayang-bayang penyakit pes. Pada 26 April 1564, dalam daftar paroki Holy Trinity Church di...

- Copyright © Hoya Group - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -