di Balik Mantra Misterius dari Barus
Minggu, 02 Agustus 2020


Rusmin Tumanggor menceritakan pengalamannya ketika dia pergi ke Barus, "Ketika saya pergi ke Barus, jika ada orang yang sedang sakit, anggota keluarga orang itu akan membawanya ke dukun terlebih dahulu. Namun, jika sudah mencapai sebuah kondisi tertentu orang tersebut baru akan mereka bawa Puskesmas". Menurut Rusmin, di sana Puskesmas hanya menjadi alternatif saja, sedangkan dukun adalah pilihan utama bagi masyarakat. Rusmin Tumanggor merupakan seorang guru besar dalam bidang antropologi dai Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dalam sebuah diskusi santai yang berlangsung di Jalan Sabang, di daerah jakarta Pusat, Rusmin menceritakan tentang sebuah penelitian yang dia lakukan pada 25 tahun yang lalu. Dia meneliti tentang sebuah sistem kerpercayaan yang telah menjadi budaya dan memasuki budaya pengobatan secara tradisional di Barus.

Rusmin menemui para datu, sebutan bagi para dukun dan menemukan ratusan mantra jampi yang berhubungan dengan kepercayaan animisme dan juga dinamisme. Barus adalah sebuah kawasan yang terletak di pesisir barat Sumtera, lebih tepatnya di Tapanuli bagian tengah. Dari riwayat catatan perdagangan, kawasan ini selama berabad-abad menjadi penghasil kamper atau kapur barus. Hingga saat ini, pohon kapur atau bisa juga disebut Dryobalanops aromatica yang mampu menghasilkan kamper masih tumbuh di Aceh Singkil, Subulussalam, serta Tapanuli Tengah. Barus muncul pertama kali dalam sebuah cerita "Tabula Asiae XI" yang merupakan karya kartografer dari Ptolomaeus pada tahun 160 Masehi. Cerita tersebut kemudian diproduksi serta dipublikasikan ulang dalam bentuk sebuah peta oleh Sebastian Munster sekitar tahun 1550. Peta ini merupakan peta tertua yang menggambarkan kelima pulau Baruffae Anthropophagi.


Rusmin mengingatkan, jika kapur barus yang dimaksud adalah kapur yang berupa kristal keputih-putihan yang ada pada celah lapisan-lapisan kayu yang sudah berusia lebih dari 50 tahun lamanya. Bukan kapur barus yang biasanya dijual di minimarket, yang berbahan sintetik. Dalam dosis yang tepat, kapur ini mampu menghilangkan bau jenazah serta dapat diminum untuk mengobati berbagai penyakit seperti asam lambung, usus halus dan perut buncit. Kapur ini juga dapat meningkatkan temperatur tubuh dan mampu mengusir serangga yang ada di lingkungan tempat kita tinggal. Menurut Rusmin, kapur barus sudah diperdagangkan di kawasan timur tengah sebelum Nabi Muhammad menyebarkan Agama Islam. Dalam sebuah buku karya dari Ptolomaeus yang merupakan seorang ilmuwan dari Mesir menyebutkan jika kelima pulau Barussie Anthropophagi berada di antara pulau-pulau Timur Jauh. Sepertinya Ptolomaeus sudah mendengar kabar angin yang dibawa oleh para penjelajah samudra jika Barus ditinggali oleh para manusia kanibal.

Bahkan, beberapa dari kumpulan naskah Mesir pada abad ke 12 menceritakan jika kota ini memiliki beberapa gereja Kristen Nestorian dan memiliki sebuah gereja Katolik. Ada dua catatan dari para penjelajah Portugis yang mengisahkan pusat perdagangan di Barus. Di bagian pesisir barat Sumatera memiliki banyak sejarah dan juga keragaman latar budaya. Rusmin mengatakan jika kawasan ini pernah menjadi pintu masuk agama-agama untuk disebarkan di seluruh Nusantara. Rusmin menemukan beberapa kepercayaan yang menjadi dasar dalam mantra dan jampi di Barus dari bahasa yang digunakan. Mantra yang dicampur dengan doa agama Islam banyak ditemui di Barus dan juga kawasan Nusantara lainnya. Akan tetapi, Rusmin juga menemukan mantra yang telah dipengaruhi bahasa Tiongkok dan juga bahasa Ibrani. Mantra yang diawali dengan "hong " dan diakhiri dengan "hah" menurut Rusmin dipengaruhi dari kepercayaan asal Tiongkok.


Sebelumnya, para ahli arkeologi dari Indonesia dan Prancis sudah meneliti Barus pada 1980-an sampai 1990-an. Dalam buku yang bertajuk Barus Seribu Tahun yang lalu, mereka menemukan sebuah struktur benteng kota dan ribuan pecahan tembikar yang berasal dari Timur Tengah, Asia Selatan, bahkan Cina. Dari temuan itu para ahli tersebut menyatakan jika hunian kuno Barus dimulai sekitar pertengahan pada abad ke sembilan hingga abad ke 12. Para ahli juga mengungkap rute palayan baru pada masa itu ketika zaman Kekhalifahan Fatimiyah yang menghubungkan Timur Tengan dengan Barus. Kamper pernah begitu melimpah di Barus dan banyak para penjelajah serta pemburu rempah telah mencatat kristal-kristal putih itu.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Wabah Semasa Shakespeare

Shakespeare menjalani seluruh hidupnya dalam bayang-bayang penyakit pes. Pada 26 April 1564, dalam daftar paroki Holy Trinity Church di...

- Copyright © Hoya Group - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -