Mengenal 5 Aktivis Lingkungan Muda
Selasa, 04 Agustus 2020


Mulai dari Amerika, Swedia, hingga Uganda, sudah banyak sekali anak-anak muda yang telah menyerukan suaranya dan beraksi melawan isu lingkungan seperti perubahan iklim, polusi sampah plastik, dan juga deforetasi. Pada bulan September tahun 2019 lalu, banyak anak-anak dari berbagai belahan dunia mengikuti Global Climate Strike. Dengan membawa spanduk yang berisi tentang harapan dan keinginan mereka, anak-anak itu meminta pemerintah di seluruh dunia untuk melakukan sesuatu agar bisa melindungi Bumi. Dari jutaan anak-anak muda yang terlibat, berikut ini ada beberapa aktivis muda yang juga mengikuti gerakan tersebut dan telah menjadi inspirasi untuk membuat perubahan di seluruh dunia :

Greta Thunberg


Greta Thunberg adalah salah satu aktivis iklim yang telah mencuri perhatian dunia di usia 17 tahun. Greta Thunberg melakukan protes di depan gedung DPR pada bulan Agustus tahun 2018. Dia meminta izin untuk tidak mengikuti sekolah selama satu bulan dan kemudian melakukan demo terkait krisis iklim yang saat ini sedang terjadi. Aksi yang dilakukannya ini menjadi perbincangan di media sosial, kemudian dia menjadi wajah dari gerakan aktivis iklim bagi para kaum muda. Greta mengembangkan aksi personalnya itu menjadi sebuah gerakan bernama FridaysForFuture. Anak-anak dari berbagai penjuru dunia kemudian banyak yang mengikuti langkahnya untuk melakukan protes terkait perubahan iklim yang kini sedang terjadi pada hari Jumat. Berkat keberanian Greta, aksi Global Climate Strike telah diselenggarakan 4.63 kali di_139 negara.

Alexandria Villasenor


Alexandria berdiri paling depan dalam melakukan aksi protes terkait perubahan iklim di bumi, dia adalah pendiri dari Earth Uprising, sebuah gerakan peduli lingkungan. Pada tahun 2018, Alexandria mulai mempelajari tentang dampak dari perubahan iklim setelah dia mengunjungi California. Pada saat itu, terjadi kebakaran yang sangat besar yang pernah tercatat dalam sejarah. Alexandria saat itu sedang mengikuti Camp Fire dan kemudian asap mulai menghampiri lokasinya hingga membuat penyakit asmanya kambuh. Setelah kejadian itu, dia menyelidik penyebab kebakaran hutan yang terjadi dan berdasarkan informasi yang dia dapatkan, kebakaran itu dipicu oleh perubahan iklim yang sedang terjadi. Alexandria akhirnya mengikuti langkah Greta dan meminta izin dari sekolahnya untuk dapat melakukan protes di depan kantor pusat PBB yang berada di New York setiap hari Jumat.

Xiye Bastida


Xiye yang merupakan salah satu aktivis muda kelahiran Meksiko sudah tidak asing lagi dengan perubahan iklim, serta dampaknya yang mengerikan. Di situs Global Climate Strike, Xiye menceritakan pengalaman buruk di kampung halamannya. Dia terpaksa pergi dari kampung halamannya karena banjir selalu menghalanginya untuk pergi ke sekolah. Dia dan keluarga pindah ke New York, kemudian Xiye mempelajari tentang badai Sandy. Dia akhirnya sadar jika dampak perubahan iklim selalu terjadi di wilayah manapun, di seluruh penjuru dunia. Dia kini menjadi seorang aktivis yang aktif menyelenggarakan Fridays For Future di New York dan menjadi duta muda Y on Earth.

Lilly Platt


Pada usia 11 tahun, Lilly Platt sudah aktif melakukan aksi protes. Dia lahir di Inggris, namun saat ini dia tinggal di Belanda. Lilly ditemani oleh sang ibu dan selalu melakukan aksi protes setiap hari Jumat. Sebagai duta muda Plastic Pollution Coalition dan HOW Global, dia memiliki kampanye sendiri untuk mengatasi masalah sampah di bumi, yaitu Plastick Pick Up Lilly. Kampanye tersebut sudah dia mulai semenjak usia tujuh tahun.

Leah Namugerwa


Leah saat ini berusia 15 tahun dan menjadi aktivis untuk perubahan iklim dari Uganda. Dia bergabung dengan gerakan Fridays for Future pada tahun 2019, Leah juga mengikuti gerakan peduli pada isu polusi plastik. Sama seperti negara-negara di benua Afrika lainnya, Uganda juga beresiko mengalami desertifikasi, tanah kelahirannya terancam kehilangan lahan subur untuk pertanian, lahan-lahan di Uganda terancam tandus dan kering. Hal ini disebabkan oleh kekeringan dan juga kenaikan suhu, dua faktor tersebut sangat berkaitan dengan perubahan iklim yang sedang terjadi saat ini. Dia ingin sekali membawa perubahan yang positif di negaranya, dia juga berharap pemerintah akan segera melakukan aksi pencegahan untuk ancaman perubahan iklim.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Wabah Semasa Shakespeare

Shakespeare menjalani seluruh hidupnya dalam bayang-bayang penyakit pes. Pada 26 April 1564, dalam daftar paroki Holy Trinity Church di...

- Copyright © Hoya Group - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -